AESENTV.COM BULELENG, Bali — Langit Bali di penghujung Oktober 2025 menjadi saksi sebuah perjalanan yang bukan sekadar petualangan, melainkan kisah batin yang bergetar oleh kehadiran Tuhan.
Dari lereng Gunung Agung, seorang pendaki asal Cianjur bernama Asep Supriana Nugraha melangkah dengan hati yang penuh syukur. Bagi banyak orang, gunung adalah tujuan. Namun bagi Asep, puncak hanya perantara untuk memahami betapa agungnya Sang Pencipta. Pendakian pada 29–30 Oktober 2025 itu menjadi altar sunyi di mana ia merenungkan kembali arti hidup, pelayanan, dan kasih yang tak bertepi.
Usai menjejak bumi kembali, langkahnya berlanjut menuju GKKA Indonesia Singaraja, di jantung Kabupaten Buleleng. Hari itu, 1 November 2025, ia disambut hangat oleh keluarga rohani GKKA—para pemuda yang haus akan firman dan persekutuan. Di ruang ibadah yang sederhana namun sarat kehadiran kasih Kristus, mereka saling bertukar cerita tentang perjalanan iman masing-masing.
Asep membagikan pengalaman rohaninya di Gunung Agung. Ia bercerita bagaimana setiap hembusan angin dan pijakan batu seolah berbicara tentang kasih dan kesetiaan Tuhan yang memimpin setiap langkahnya di pelayanan Jawa Barat.
“Berkat terbesar adalah Yesus yang telah memberikan nyawa-Nya untuk kita. Kita hanya membagikan berkat itu — sebagaimana tertulis dalam Matius 28:19–20: berkat kita adalah pergi, membaptis, dan menjadikan murid Yesus,” ucapnya lembut namun penuh ketegasan iman.
Sementara itu, Ev. Fajar Krisman Gea, S.Th, gembala jemaat GKKA Singaraja, menimpali dengan kesaksian penuh kerendahan hati.
“Segalanya karena berkat Tuhan. Langkah-langkah ini tidak pernah berdiri sendiri. Ia yang menuntun, Ia yang menopang,” tuturnya dengan mata berbinar syukur.
Pertemuan itu sederhana, tanpa gemerlap, namun di dalamnya mengalir sukacita yang tulus. Doa bersama dan lantunan pujian menjadi penutup yang mengharukan—seolah menegaskan bahwa di mana pun kita berpijak, baik di puncak gunung maupun di pelataran gereja, kasih Tuhan selalu menuntun pulang.
Bagi Asep, Gunung Agung adalah simbol kebesaran ciptaan Tuhan. Namun di GKKA Singaraja, ia menemukan sesuatu yang lebih tinggi dari puncak mana pun: perjumpaan dengan kasih yang hidup.
— Redaksi




